A. JUDUL
|
:
|
Penerapan Pembelajaran Diskusi Kelas
dengan Menggunakan Handout Bergambar
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII1 MTsN Rambah Tahun Ajaran 2010/2011
|
B. PENELITI/NPM
|
:
|
Dahlia/076510970
|
C. PENDAHULUAN
|
:
|
|
1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1
Pasal 1 pendidikan didefenisikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (Syah, 2008) .
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh
sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu
yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan
pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama (Kunandar, 2007).
Pendidikan
adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan, lebih jelasnya
lagi pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri
sendiri dan bagi masyarakat
(Purwanto, 2007).
Kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki sesorang
tentu sesuai tingkat pendidikan yang diikutinya, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka diasumsikan semakin tinggi pula pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pendidikan dapat meningkatkan
kesejahtraan, karena orang yang berpendidikan dapat terhindar dari kebodohan
maupun kemiskinan. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa fungsi pendidikan
adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan
yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu
(Sagala, 2010).
Apa
yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak. UUSPN No. 20
tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada akhirnya harus diajukan
pada upaya mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi
dalam diri individu, keadilan dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih
bahagia dan saleh dari tiap individunya
(Sagala, 2010).
Pendidikan
merupakan sebuah progam yang terdiri dari beberapa komponen yang bekerja dalam
sebuah sistem. Komponen-komponen bekerja sama satu sama lain untuk mencapai
tujuan pendidikan. Input pendidikan adalah siswa sebelum mengikuti proses
belajar mengajar. Dalam pendidikan siswa memasuki sebuah proses transformasi
pembelajaran yang menimbulkan kegiatan belajar bagi siswa. Dalam proses itu
siswa berinteraksi dengan komponen instrumental pendidikan seperti guru,
materi, media, sarana dan metode mengajar. Disamping itu dalam pembelajaran
siswa juga berinteraksi dengan lingkungan, baik fisik maupun sosial. Proses
transformasi menghasilkan siswa yang telah berubah perilakunya setelah
mengikuti pendidikan (Arikunto dalam
Purwanto, 2009).
Salah satu komponen
penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai
peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan
gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah
yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui
bimbingan dan keteladanan (Kunandar, 2007).
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Uno, 2007). Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun
dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2008).
Tujuan
pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar
bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan
pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan
pendidikannya (Purwanto, 2009).
Observasi
yang telah dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 5 Oktober 2010 dan hasil wawancara
yang dilakukan terhadap guru biologi MTsN Rambah, diperoleh beberapa informasi
bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kegiatan
belajar mengajar dan rendahnya hasil
belajar. Faktor tersebut seperti: guru belum pernah menerapkan model
pembelajaran diskusi kelas dengan handout
bergambar (metode ceramah/metode belajar kurang bervariasi), ketersedian buku
yang kurang memadai (tidak semua siswa mempunyai buku paket), kurangnya minat siswa dalam belajar,
kurangnya keaktifan siswa dalam belajar, keterbatasan bahan ajar yang
digunakan, dan peralatan laboratorium IPA yang tidak lengkap.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Didalam diskusi ini proses
belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang
terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat
terjadi juga semuanya aktif, tidak ada pasif
sebagai pendengar saja (Djamarah dan Zain, 2006).
Berdasarkan permasalahan atau fokus
masalah di atas, penulis ingin menerapkan pembelajaran diskusi kelas dan handout bergambar yang diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi biologi. Model
pembelajaran diskusi kelas dan handout
bergambar ini belum pernah diterapkan sebelumnya oleh peneliti lain di MTsN
Rambah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan model diskusi kelas
dan handout bergambar tersebut dengan
merumuskan judul penelitian sebagai berikut: Penerapan Pembelajaran Diskusi Kelas
dengan Menggunakan Handout Bergambar
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas VII1 MTsN
Rambah Tahun Ajaran 2010/2011.
Dengan model pembelajaran diskusi kelas ini semua siswa
dapat dilibatkan secara langsung dalam KBM, selain itu model diskusi ini juga
dapat memberikan kesempatan kepada siswa yang telah menguasai materi pelajaran
untuk membantu memecahkan masalah-masalah siswa lainya, ini dapat menyebabkan
siswa merasa dirinya penting dan menyadarkan mereka bahwa memiliki sesuatu yang
bermanfaat untuk dibagikan. Dengan model diskusi ini setiap siswa dapat menguji
tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran masing-masing serta dapat
menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah (Trianto,2010).
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan di MTsN
Rambah yang dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 5 Oktober 2010 dan hasil
wawancara yang dilakukan terhadap guru
biologi MTsN Rambah, maka masalah yang teridentifikasi sebagai berikut :
1) Guru belum pernah menerapkan model
pembelajaran diskusi kelas dengan handout bergambar (metode ceramah/metode
belajar kurang bervariasi).
2) Ketersediaan buku yang kurang memadai.
3) Kurangnya minat siswa dalam belajar.
4) Kurangnya keaktifan siswa dalam proses
belajar.
5) Keterbatasan bahan ajar yang
digunakan.
6) Peralatan laboratorium IPA belum
lengkap.
7) Hasil belajar biologi
siswa kelas VII1 masih dikategorikan sedang yaitu hanya sekitar 60%
yang tuntas dengan belajar dengan KKM 65.
3. Pembatasan Masalah
Penelitian
ini dilaksanakan pada materi Standar Kompetensi
7 yaitu, Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, pada KD 7.1
yaitu Menentukan ekosistem dan saling
hubungan antara komponen ekosistem, KD 7.2 Mengidentifikasikan pentingnya
keanekaragaman makhluk hidup.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan handout bergambar dapat meningkatkan
hasil belajar biologi siswa kelas VII1 MTsN Rambah tahun ajaran 2010/2011?
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan
batasan masalah yang telah ada, maka tujuan penelitian yang di laksanakan di MTsN
Rambah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran
diskusi kelas dengan menggunakan handout
bergambar dapat meningkatkan hasil
belajar biologi siswa kelas VII1 MTsN Rambah tahun ajaran 2010/2011.
5.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di MTsN Rambah diharapkan dapat berguna atau bermanfaat bagi:
1) Siswa, sebagai masukan agar lebih
termotivasi dalam meningkatkan hasil belajar.
2) Guru, sebagai masukan agar selalu
berusaha lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar biologi dan
salah satu masukan dalam penggunaan media pembelajaran.
3) Sekolah, sebagai bahan pertimbangan
untuk peningkatan pelaksanan kegiatan belajar khususnya dalam mata pelajaran
biologi.
4) Peneliti, menambah pengetahuan dan sebagai
masukan supaya mempersiapkan diri lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar
pada masa yang akan datang.
6. Definisi Istilah Judul
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap pengertian terminologi judul penelitian,
maka di rumuskan beberapa definisi sebagai berikut:
Diskusi adalah suatu percakapan
ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling
bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan
kebenaran atas suatu masalah (Trianto, 2007).
Diskusi merupakan situasi
dimana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang
satu sama lain dan berbagai gagasan dan pendapat mereka. Pertanyaan yang
diajukan untuk merangsang diskusi biasanya pada tingkat kognitif tinggi
(Trianto, 2010).
Media
pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang menggunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan pebelajar dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik dalam Neviyarni, 2005).
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan
oleh seorang guru dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dan bermakna
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout
biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi
yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik (Elfis, 2008c).
Hasil
belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar (Kunandar, 2007).
D. TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
1. Tinjauan teori
1.1 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Salah
satu landasan teoritik pendidikan moderen termasuk CTL adalah teori
pembelajaran konstruktivis. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar (Amri dan Ahmadi, 2010).
Menurut Amri dan Ahmadi (2010),
tujuan pembelajaran konstruktivis adalah sebagai berikut:
1) Membangun pemahaman mereka sendiri
dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
Teori-teori
baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran
konstruktivisme (constructivist theories
of learning). Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka
harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2007).
Belajar
menurut teori konstruktivistik bukanlah sekedar menghafal akan tetapi, proses
mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “
pemberian ” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna (Sanjaya, 2010).
Consrtuctivism
(konstruktivisme) merupakan landasan berfikir (filisofi) pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekoyong-koyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2007).
Menurut
teori konstruktivisme, data prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur
dalam Trianto, 2010).
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivis yang digagas oleh Mart
Baldawin dan dikembangkan dan diperdalam oleh Jean Peaget menganggab bahwa
pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya (Elfis,
2010a).
Menurut
Elfis (2010a), prinsip dalam konstruktivisme yang
harus dipegang guru antara lain adalah:
1) Proses pembelajaran harus lebih utama dari pada hasil
pembelajaran.
2) Informasi bermakna dan relevan dengan
kehidupan nyata siswa lebih penting dari pada informasi verbalistik.
3) Siswa mendapat kesempatan
seluas-luasnya untuk menemukan, menerapkan idenya sendiri.
4) Pengetahuan siswa tumbuh dan
berkembang melalui pengalaman sendiri.
5) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
6) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (yaitu
pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun
akomodasi (yaitu struktur
pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya
pengetahuan baru).
1.2 Paradigma
Pembelajaran Biologi
Salah
satu landasan teoritik pendidikan Biologi modern termasuk pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah
teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif
dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada
teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung
dengan berbasis pada aktivitas siswa (Elfis 2010b).
Ide‑ide
konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah
digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip
kunci yang diturunkan dari teorinya adalah menekankan pada hakikat sosial dan
pembelajaran. Ia mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Slavin dalam Elfis 2010b).
Berdasarkan
teori ini dikembangkan pembelajaran kooperatif, yaitu siswa lebih mudah
menemukan dan memahami konsep‑konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dalam mengubah miskonsepsi
siswa menuju konsepsi ilmiah dalam pembelajaran biologi, diperlukan strategi
pengubahan konsep (conceptual change)
yang tepat dan diberikan pada saat yang tepat pula. Pengubahan konsepsi dapat
dilakukan dengan menyajikan konflik kognitif (cognitive conflict). Hal ini dilakukan secara hati‑hati jangan
sampai konflik kognitif yang disampaikan justru akan memperkuat stabilitas miskonsepsi
siswa (Elfis, 2010b).
1.3
Metode Diskusi Kelas
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi
antara dua orang atau lebih (sebagai suatu kelompok). Biasanya komunikasi
antara mereka/kelompok berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang
akhirnya memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa
saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang,
dibincangkan, dan pada akhirnya menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut
(Amri dan Ahmadi, 2010).
Teknik
diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang
guru di sekolah. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif,
tidak ada pasif sebagai pendengar saja
(Djamarah dan Zain, 2006).
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang
yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang
suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan, mendapatkan jawaban dan
kebenaran atas suatu masalah (Suryosubroto dalam
Trianto, 2007). Pengertian umum diskusi adalah membicarakan suatu masalah oleh
para peserta diskusi dengan tujuan menemukan pemecahan yang paling baik
berdasarkan berbagai masukan. Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah
suatu cara pembelajaran dimana peserta didik (murid, mahasiswa) mendiskusikan
(membicarakan, mencari jawaban bersama) dengan cara saling memberikan
pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan kesimpulan. Tentu saja
persyaratan terjadinya pembelajaran dengan diskusi adalah bahwa bahasa
benar-benar sudah sangat dikuasai oleh peserta didik. Guru tidak lagi
memberikan perhatian pada bahasa, melainkan pada isi atau materi diskusi (Amri dan
Ahmadi, 2010).
Diskusi
secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan
komunikasi siswa dan untuk menggalakkan keterlibatan siswa dalam pelajaran (Trianto,
2010). Diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang penting, yaitu: pertama, meningkatkan cara berpikir siswa
dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Kedua,
menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa
mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berfikir (Tjokrodihardjo dalam Trianto, 2010).
Metode
diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran.
Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya
untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan
terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya
dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin
pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran (Amri dan Ahmadi, 2010).
Diskusi
merupakan situasi dimana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa
yang lain berbincang satu sama lain dan berbagai gagasan dan pendapat mereka.
Pertanyaan yang diajukan untuk merangsang diskusi biasanya pada tingkat
kognitif tinggi (Trianto, 2010).
Agar diskusi bisa produktif
harus ada suasana keramahan dan keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat
didasarkan atas dasar saling menghormati pendapat setiap orang yang hadir.
Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang lain untuk ikut serta dalam suatu
usaha bersama. Peran guru yang memimpin suatu diskusi lebih sukar dari pada
bila ia memakai cara mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang
seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar belakang
pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah diskusi secara
kreatif (Amri dan Ahmadi, 2010).
Metode diskusi yaitu interaksi antara siswa dan siswa
atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau
meperdebatkan topik atau permasalahan tertentu (Trianto, 2010). Dalam
pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi dimana guru dengan siswa atau
siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling
berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan
yang ditujukan untuk membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif lebih
tinggi (Arends dalam Trianto, 2007).
Menurut
Suryosubroto dalam Trianto (2007),
bahwa diskusi oleh guru digunakan apabila hendak:
1) Memanfaatkan berbagai kemapuan yang ada oleh
siswa.
2) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
menyalurkan kemapuannya masing-masing.
3) Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang
apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.
4) Membantu para siswa belajar berfikir teoritis
dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
5) Membantu para siswa belajar menilai kemapuan dan
peranan diri sendiri maupun teman-temannya.
6) Membantu para siswa menyadari dan mampu
merumuskan berbagai masalah yang di “ lihat” baik dari pengalaman sendiri
maupun dari pelajaran sekolah.
7) Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih
lanjut.
Diskusi
memberikan kesempatan tidak hanya untuk menggunakan pikiran, tetapi bila
dikerjakan dengan cepat, membantu siswa membentuk suatu sikap positif terhadap
cara berfikir (Trianto, 2007). Selama diskusi pemimpin akan memakai pertanyaan
dan komentar untuk memusatkan perhatian pada pokok persoalannya dan dengan
demikian meneruskan diskusi tersebut. Kadang-kadang, guru perlu mengulangi dan
meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau disimpulkan. Gurulah yang akan
menentukan suasana sepanjang diskusi itu. Ia harus bisa merasa kapan ia harus
membatasi mereka yang terlalu banyak bicara atau mendorong mereka yang
ragu-ragu untuk ambil bagian (Amri dan Ahmadi, 2010).
Menurut Suryosubroto dalam Trianto (2010), keuntungan dari model diskusi adalah:
1) Diskusi melibatkan semua siswa
secara langsung dalam KBM.
2) Setiap siswa dapat menguji
tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
3) Diskusi dapat menumbuhkan dan
mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.
4) Dengan mengajukan dan
mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat
memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.
5) Diskusi dapat menunjang
usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Menurut Neviyarni (2005), disamping beberapa keuntungan
yang dimiliki metode diskusi, terdapat pula kelemahan sebagai berikut:
1) Sulit menentukan topik masalah yang sesuai
dengan tingkat berfikir dan memiliki hubungan dengan kehidupan siswa di
masyarakat.
2) Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya dan sering
penyelesaian masalah tidak tuntas walaupun sudah diatur dan dilaksanakan dalam
waktu yang relatif lama.
3) Metode ini menjadi kurang efisien bila kondisi
meja dan kursi sulit dirobah posisi sesuai dengan yang dibutuhkan.
4) Sering kali pembicaraan didominasi oleh satu
atau beberapa orang dalam kelompok, sehingga anggota kelompok lain seolah-olah
sebagai pendengar.
5) Pembahasan atau pembicaraan sering keluar dari
persoalan yang sedang dihadapi.
6) Perbedaan pendapat dalam berdiskusi dapat
mengundang reaksi negatif di luar kelas bahkan dapat menimbulkan bentrok.
Tabel 1
Langkah-langkah guna menyelenggarakan diskusi
kelas
Tahapan
|
Kegiatan guru
|
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
mengatur setting
|
-
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa
untuk berpartisipasi
|
Tahap 2
Mengarahkan diskusi
|
- Guru mengarahkan fokus
diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera
dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi
|
Tahap 3
Menyelenggarakan diskusi
|
- Guru memonitor antar aksi,
mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa, menanggapi gagasan,
melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan
sendiri
|
Tahap 4
Mengakhiri diskusi
|
- Guru menutup diskusi dengan
merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang telah di selenggarakan kepada
siswa
|
Tahap
5
Melakukan
Tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu
|
-
Guru menyuruh para siswa untuk memeriksa proses dikusi dan berfikir siswa
|
Sumber:
Tjokodihardjo dalam Trianto, (2010)
1.4 Pengaruh Penerapan Pembelajaran Diskusi
Kelas dengan Menggunakan Handout
Bergambar terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Untuk meningkatkan hasil belajar
dapat dilakukan dengan penerapan pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan handout bergambar karena dalam penerapan
pembelajaran tersebut siswa mendapat informasi yang sangat akurat dan siswa
bisa berpikir kritis tidak hanya bersifat pasif, sehingga aktivitas belajar
siswa meningkat.
Metode
diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapka pada suatu
masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah dan Zain, 2006).
Metode
diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran.
Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh
pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar
pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan
merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang
lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran
(Amri dan Ahmadi, 2010).
Belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemapuan manusia yang terjadi setelah belajar terus menerus,
bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja (Gagne dalam Sagala, 2010). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selain
itu hasil belajar disebut juga
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja (Suprijono, 2009).
Handout
adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru dan dilengkapi dengan
gambar-gambar yang sesuai dan bermakna untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik. Handout biasanya diambil dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik (Elfis, 2008c).
1.5 Media Pembelajaran
Media sebagai sumber belajar diakui
sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis
sumber belajar ini sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan
tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan
sebagainya (Djamarah dan Zain, 2006).
Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik
dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan
bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik
lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media (Djamarah dan Zain,
2006).
Pemakaian media dalam proses pembelajaran
dapat membuat keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap pembelajar. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu
ke-efektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada
saat itu, selain itu media pembelajaran juga dapat membantu pebelajar
meningkatkan pemahaman, menyajikan data, dan menarik dan terpecaya, memudahkan
penafsiran data dan memadatkan informasi (Hamalik dalam
Neviyarni, 2005).
Media
visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini
ada yang menampilkan gambar diam, seperti film strip (film rangkai), Slide
(film bingkai) foto, Gambar atau lukisan, dan cetakan (Djamarah dan Zain,
2006).
Media
dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk mempermudah
pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah segala sesuatu
yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran. Penentuan
media dan sumber belajar harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
karakteristik daerah. Suatu media dan sumber belajar yang digunakan tidak mungkin
cocok untuk semua siswa (Sanjaya, 2010).
1.6 Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan
oleh seorang guru dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dan bermakna
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout
biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan
materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai
oleh peserta didik (Elfis, 2010c).
Selanjutnya
Elfis (2010c), menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun handout bergambar, yaitu:
1) Melakukan analisis kurikulum
2) Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.
3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan
dan gambar-gambar yang bermakna dan sesuai dengan materi. Gambar harus
mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga
gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada
yang dapat dipelajari. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi
pokoknya.
4) Menulis handout serta mengatur tata letak
gambar. Dalam menulis upayakan agar
kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan
jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraph
usahakan jumlah kalimatnya antara 3-7 kalimat saja. Dan untuk pengaturan tata
letak dan ukuran gambar juga sangat harus diperhatikan. Letak gambar harus
sesuai dengan keterangan yang ada sehinga tidak menimbulkan kekeliruan ataupun
kesalahpahaman dalam mengerti makna sebuah. Ukuran gambar harus disesuaikan,
jangan terlalu kecil ataupun terlalu besar.
5) Mengevaluasi hasil tulisan dan gambar-gambar
dengan cara dibaca berulang-ulang, bila perlu bantuan dari orang lain untuk
mendapatkan masukan.
6) Memperbaiki handout
sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
7) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat
memperkaya materi baik dari segi penjelasan isi materi maupun gambar-gambar
yang menarik dan sesuai misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil
penelitian.
1.7 Hasil Belajar
Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada
di lingkungan sekitar (Dimyati dan
Midjiono, 2002). Selain itu belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
yang dicapai seseorang melalui kreativitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah (Gagne dalam
Suprijono, 2009).
Belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar,
maka responya menurun (Skinner dalam
Sagala, 2010).
Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan itu akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Belajar
juga dapat diartikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto,
2010). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono,
2009).
Proses pembelajaran akan berhasil manakala
siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan
motivasi belajar siswa, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar
siswa (Sanjaya, 2010). Hasil belajar merupakan hasil proses belajar, prilaku
aktif dalam belajar adalah siswa, hasil belajar juga hasil proses pembelajaran
dimana pelaku aktif pembelajaran adalah guru (Dimyati, 2002).
Hasil
belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus
berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh
siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Kunandar, 2007).
Belajar
yang berkenaan dengan hasil (dalam pengertian banyak hubungannya dengan tujuan
pengajaran). Menurut Gagne dalam
Sanjaya (2010), ada lima jenis hasil belajar, yaitu (1) belajar kemahiran
intelektual (Kognitif), (2) belajar informasi verbal, (3) belajar mengatur
kegiatan intelektual, (4) belajar sikap, (5) belajar keterampilan motorik.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dan hasil belajar banyak jenisnya tapi digolongkan menjadi
2 yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor intern adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern faktor yang
ada di luar individu. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah,
psikologis, dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal seperti faktor keluarga,
sekolah, dan masyarakat (Daryanto, 2010).
Hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan , ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), apllication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain efektif adalah receiving
(sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,
intelektual (Bloom
dalam Suprijono, 2009).
2. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mutma’innah (2010), penerapan handout (lembar informasi
lepas) materi bergambar dengan metode belajar kelompok dalam proses belajar
mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII3 SMPN 35 Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/2010.
Selanjutnya berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Toteles (2006), dapat diketahui penerapan metode
diskusi dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan berpengaruh terhadap hasil belajar sains siswa kelas VIII SLTPN 1 Kampar
Kiri Tahun Ajaran 2005/2006. Dimana peningkatanya itu sebesar 77,33 untuk kelas
tindakan dan 62,14 untuk kelas non tindakan.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di MTsN
Rambah kelas VII1 Tahun Ajaran 2010-2011. Pengambilan data penelitian mulai bulan Januari sampai
bulan Maret tahun 2011.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil
adalah siswa/i kelas VII1 MTsN Rambah Tahun Ajaran 2010-2011 yang berjumlah 39 orang siswa. Terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan.
3. Metode / Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan (action reserch) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang
terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain)
ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas (Arikunto dkk, 2010).
Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana sekelompok
guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar
dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu
(Wiriaatmadja dalam Taniredja dkk,
2010).
Banyak
manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya PTK.
Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen
pendidikan/ pembelajaran di kelas, antara
lain mencakup: (1) Inovasi pembelajaran, (2) Pengembangan kurikulum ditingkat
regional/nasional, (3) Peningkatan profesional pendidikan (Arikunto dkk, 2010).
Menurut Mulyasa dalam Taniredja dkk (2010), secara umum
tujuan penelitian tindakan kelas adalah:
1. Memperbaiki dan
meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan layanan
profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik
sehingga tercipta layanan prima.
3. Memberikan kesempatan
kepada guru berinprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang
direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
4. Memberikan kesempatan
kepada guru memgadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
5. Membiasakan guru
mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.
Adapun bentuk penelitian yang
dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu melaksanakan satu tindakan
dalam proses pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan media handout bergambar untuk meningkatkan
hasil belajar biologi siswa. Tindakan yang akan diberikan pada penelitian kali
ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model diskusi kelas dengan bantuan
media handout bergambar. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai Penelitian Tindakan Kelas, dapat dilihat desain
Penelitian Tindakan Kelas pada gambar 1.
|
||||
Gambar
1: Desain penelitian tindakan kelas (Dimodifikasi berdasarkan Elfis, 2010d).
4. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
1) Menetapkan kelas yang akan diteliti
yaitu kelas VII1 MTsN Rambah.
2) Menetapkan KD yang akan dicapai siswa/
menentukan pokok bahasan yang diambil dari materi yang akan disajikan dalam
pembelajaran diskusi kelas.
3) Menyiapkan perangkat pembelajaran
untuk panduan dalam melaksanakan
pembelajaran tersebut
4) Membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD) dan berisi soal-soal post test.
5) Membagi siswa dalam beberapa kelompok
yang heterogen.
Tabel 2
Tahap pelaksanaan
No
|
Kegiatan
|
|
Guru
|
Siswa
|
|
1.
|
Kegiatan awal (± 5 menit)
·
Menginformasikan tentang indikator pencapaian.
·
Guru memotivasi siswa, memberikan gambaran
manfaat mempelajari pelajaran tersebut.
·
Guru melakukan apersepsi, memberikan persepsi
awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan
|
Kegiatan awal (± 5 menit)
·
Mendengarkan informasi guru
·
Menjawab pertanyaan guru.
·
Menjawab pertanyaan guru
|
2.
|
Kegiatan inti (± 60
menit)
·
Guru meminta siswa duduk pada kelompok yang telah
ditetapkan.
· Guru membagikan lembaran handout bergambar pada tiap kelompok.
· Guru menjelaskan materi pelajaran secara
garis besar pada siswa dengan bantuan handout
bergambar dan siswa memperhatikan handout
yang ada dihadapannya.
· Guru membagikan LKPD pada tiap kelompok
yang berisi beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
· Guru menyuruh siswa untuk melakukan
diskusi kelompok
· Guru meminta tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara klasikal.
·
Guru memberikan informasi
yang sebenarnya/memberi penguatan.
|
Kegiatan inti (± 60 menit
·
Menerima lembaran handout.
·
Siswa menerima handout
·
Mendengarkan penjelasan materi oleh guru sambil
memperhatikan lembaran handout.
·
Siswa membaca intruksi yang terdapat didalam LKPD dan
melaksanakan intruksi tersebut .
·
Siswa melakukan diskusi dalam kelompoknya.
·
Melakukan diskusi secara klasikal, melakukan
tanya jawab/diskusi kelas.
·
Menyimak penguatan yang diberikan guru.
|
3.
|
Kegiatan Akhir (± 15
menit)
·
Menyimpulkan materi pelajaran
·
Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Pemeriksaan
ini dapat lakukan dengan memberikan
tes tertulis atau tes lisan/kuis
·
Guru memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran,
dapat berupa kegiatan diluar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remedi
atau pengayaan (pemberian PR).
·
Memberikan penghargaan
kepada kelompok dengan kenerja yang baik.
|
Kegiatan Akhir (± 15
menit)
·
Bersama menyimpulkan materi pelajaran.
·
Menjawab soal-soal kuis secara individu
·
Mencatat PR yang diberikan guru.
·
Menerima penghargaan
|
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari
dua bagian yaitu perangkat pembelajaran guru dan instrumen pengumpulan data.
5.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yaitu:
1) Standar isi
Standar
isi yaitu struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
2) Silabus
Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/ atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang
mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian, kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Adapun
komponen RPP adalah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar,
sumber belajar.
4) Lembar Kerja Siswa (LKS)/ LKPD
LKS dapat diartikan sebagai
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Selain itu LKS
juga dapat di artikan sebagai lembaran kegiatan berisi petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dimana tugas yang diberikan
tersebut dapat berupa teori maupun pratik.
5) Buku panduan belajar siswa.
Buku
pegangan yang digunakan siswa sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.
6) Soal-soal kuis yang dilengkapi
dengan kunci jawabannya.
Soal
yang disusun oleh peneliti untuk disajikan dalam setiap materi yang dipelajari.
7) Soal-soal ujian blok yang dilengkapi
dengan kunci jawabannya.
Soal
yang disusun oleh peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari.
5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan adalah penilaian tes tertulis dan penilaian kinerja ilmiah, yaitu:
1) Penilaian tes tertulis
Penilaian tes tertulis ini
dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa yang
digunakan sebagai sumber penelitian pengetahuan pemahaman konsep. Penilaian PPK
ini diambil dari nilai ujian blok, nilai quis, dan nilai tugas rumah.
2)
Penilaian kinerja ilmiah
Penilaian
kinerja ilmiah ini dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar yang
merupakan sumber penilaian KI. Instrumen penilaian kinerja ilmiah diambil dari
tes tertulis dari LKPD (unjuk kerja), presentasi siswa dan makalah
diambil untuk nilai portofolio. Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian KI, dapat
dilihat kriteria-kriteria penilaian pada lampiran 5.
6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif. Data yang diolah adalah PPK dan KI
siswa.
6.1 Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
Dalam
penelitian ini pengolahan data hasil belajar biologi yang diperoleh, kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskriptifkan hasil
belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran diskusi kelas dengan menggunakan
handout bergambar untuk melihat daya
serap dan ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal.
6.1.1 Pengolahan Data
Hasil Belajar Kognitif (PPK)
Menurut Elfis (2010e), nilai PPK didapatkan
dari Nilai Tugas (T), Nilai Pekerjaan Rumah (PR), Nilai Quiz Tertulis (QT) dan
Ujian Ketuntasan Blok (UB), masing-masing nilai ini akan digabungkan dengan
rumus sebagai berikut:
PPK = 60% x (rata-rata nilai T, PR dan QT) + 40% x UB
6.1.2 Pengolahan Data
Hasil Belajar Psikomotorik (KI)
Menurut Elfis (2010e), nilai KI didapatkan
dari nilai fortofolio (LKPD dan Makalah) serta nilai kinerja ilmiah (presentasi
fortofolio) masing-masing nilai ini akan digabungkan dengan rumus sebagai
berikut:
KI =
40% x (rata-rata nilai Fortofolio) + 60% x (rata-rata nilai kinerja ilmiah)
6.2 Teknik Analisis Data Deskriptif
Analisis
data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis
ini dapat dilakukan dengan melihat daya serap dan ketuntasan belajar secara
individual dan klasikal. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk
mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran diskusi kelas
dengan menggunakan handout bergambar.
Menurut Elfis (2010e), Analisis deskriptif data pencapaian hasil belajar
biologi siswa dilakukan dengan melihat (a) ketuntasan individu siswa, (b) daya
serap siswa dan (c) ketuntasan klasikal.
Analisis ketuntasan individu
siswa, daya serap siswa dan ketuntasan klasikal didasarkan pada pencapaian
hasil belajar siswa melalui dua kelompok penilaian, yaitu (a) penilaian
pencapaian hasil belajar pengetahuan, pemahaman konsep (PPK), (b) penilaian
pencapaian hasil belajar kinerja ilmiah (KI).
1) Kriteria penentuan pencapaian hasil
belajar siswa
a) Daya Serap
Untuk
mengetahui daya serap siswa dari hasil belajarnya digunakan analisis dengan
menggunakan kriteria berikut:
Daya
serap = Jumlah skor yang diperoleh
siswa X 100%
Jumlah
skor maksimum
Tabel 3 Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
% Interval
|
Kategori
|
85 – 100
75 – 84
65 – 74
55 – 64
≤ 50
|
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang
Sekali
|
Disesuaikan dengan KKM Mata
Pelajaran Biologi MTsN Rambah
b) Ketuntasan belajar
(a) Ketuntasan individu siswa
Berdasarkan tolak ukur Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Di MTsN Rambah, Nilai KKM ditetapkan 65.
(b) Ketuntasan Klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas dalam Elfis (2010e), suatu kelas dinyatakan tuntas
belajar apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar.
Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
KK : Presentase
ketuntasan klasikal
JST : Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas
perlakuan (tolak ukur KKM)
JS : Jumlah
seluruh siswa dalam kelas perlakuan
F. DAFTAR
PUSTAKA
Amri, S dan Ahmadi, I. K. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
dalam Kelas. PT. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi.
2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi
Aksara. Jakarta.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar.
Yrama Widya. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar
dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Djamarah, B.S dan Zain, A. 2006. Srategi Belajar Mengajar. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Elfis. 2010a. Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Biologi.
Available at:http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran-biologi.html.
Diakses tanggal 12 juni 2010.
Elfis. 2010b. Paradigma Pembelajaran Biologi.
Available
at:http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/Paradigma-Pembelajaran-Biologi.html.Diakses
tanggal 12 Juni 2010.
Elfis. 2010c. Bahan
Ajar Cetak & Jenis Bahan Ajar Cetak. Available at:
http//elfisuir.blogspot.com/2010/01/Bahan-Ajar-Cetak.html. Diakses tanggal 12
Juni 2010.
Elfis. 2010d. Desain
Penelitian Tindakan Kelas. Available: http://elfisuir.blogspot.com/2010/teknik-analisis-data.html.
Diakses tanggal 12 Juni 2010.
Elfis.
2010e. Teknik
Analisis Data. Available at: http//elfisuir.blogspot.com/2010/01/Teknik
Analisis Data.html.Selasa, 19 Februari 2010. ( Diakses: 29 April 2010).
Kunandar. 2007. Guru Profesinal Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Mutma’innah. 2010. Penerapan Handout (Lembar Informasi Lepas)
Materi bergambar dengan Metode Belajar kelompok terhadap Peningkatan hasil
Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VIII3 SMPN 35 Pekanbaru Tahun Ajaran
2009/2010. Skripsi FKIP Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Neviyarni. 2005. Modul Bahan Belajar Mandiri Program D-II
PGSD: Strategi pembelajaran. Pusat
Tegnologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto, N. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.
PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil
Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna
Pembelajaran. ALFABETA. Bandung.
Sanjaya, W. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Kencana. Jakarta.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi
PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Syah, M. 2008. Psikologi Belajar.
PT Raja Grifindo Persada. Jakarta.
Taniredja, T, Pujiati, I dan Nyata .
2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk
Pengembangan Profesi Guru Pratik, Pratis, dan Mudah. ALFABETA. Bandung.
Toteles, A. 2006. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa
Melalui Penerapan Metode Diskusi Di Kelas VIII SLTPN 1 Kampar Kiri Kabupaten
Kampar Tahun 2005/2006. Skripsi FKIP Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi Pustaka. Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana. Jakarta.
Uno, H. B. 2007. Teori motivasi dan Pengukurannya, Analisis
di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.