Apa yang kamu harapkan dari sekolah? |
Segala sesuatu yang ada di zaman sekarang ini selalu kubandingkan dengan
zaman keemasan Islam untuk membentuk suatu sistem yang lebih sempurna
untuk masa depan Indonesia nanti. Memang zaman itu lebih jadul dari
sekarang, tapi bukan jaminan bahwa ilmu orang dulu selalu lebih rendah
dari zaman sekarang (jika mau bukti coba cari kertas yang bisa
menandingi keawetan kertas papyrus mesir kuno, coba cari cara membuat
perangkap tetap awet 3000 tahun lamanya selain struktur bangunan piramid
yang orang mesir kuno buat). Hal ini karena perpindahan ilmu terkadang
tak semulus biasanya, terkadang ada generasi yang merahasiakan,
membakar, atau menghilangkan suatu ilmu dari generasi penerusnya.
Nah satu dari sekian banyak hal yang kubandingkan adalah sekolah.
Pertanyaannya adalah apakah sekolah yang ada sekarang merupakan sistem
pendidikan terbaik? Apakah kita memang harus sekolah untuk bisa sukses?
Kenapa pula ada orang yang tak sekolah tapi menjadi kaya raya dan
memiliki aset yang sangat besar jika memang inilah tujuan kita
bersekolah? Ini pertanyaan besar, sampai-sampai saya khawatir tulisanku
ini dijadikan bahan para professor menulis karyanya. Memang apa
masalahnya? Banyak!
Siapa yang bertanggung jawab atas perubahan prilaku anak yang menjadi
tidak sopan pada orang tuanya? Siapa yang membuat anak tak pandai
bergaul dengan orang tuanya? Siapa yang merebut waktu kebersamaan orang
tua dan anak lebih dari siapa pun? (Walaupun mungkin kita bisa jawab TV,
seperti yang dijelaskan di note-ku sebelumnya tapi yang mau kujawab
disini adalah) Sekolah.
Sekolah mengambil 8 jam waktu anak tiap harinya, ini adalah 1/3 waktu
seharinya dan ½ waktu bangunnya. Tidakkah ini hebat? Pendidikan adalah
investasi yang paling menguntungkan. Saya tidak akan berdebat dengan hal
itu, tapi tak adakah pendidikan lain yang lebih baik? Apakah hasil yang
didapatkan dengan pengorbanan itu setimpal? Mungkin secara materi ya
(balik modal) tapi bagaimana dengan hal lain yang dikorbankan (seperti
waktu untuk kebersamaan contohnya).
Siapa bilang orang yang tak sekolah tak bisa menjadi apa-apa? Lihatlah
orang-orang yang asetnya miliaran itu, coba hitung yang tamat sekolah
sebelum menjadi kaya. Tak sedikit juga memang yang malang nasibnya, tapi
saya rasa masih ada korelasi lain sebelum kita bisa mematok pendidikan
yang kurang sebagai penyebabnya.
Setiap hari anak-anak dicekoki dengan materi-materi yang dianggap urgen,
penting dan sebagainya. Seolah mereka tak akan bisa sukses tanpa apa
yang mereka pelajari itu. Coba tanya anak-anak pernahkah mereka
berpikir, “Mengapa saya harus belajar sesuatu yang tak berhubungan
dengan cita-citaku ini?” Orang tua pun termakan semboyan, “Sekolah dulu
yang penting” dan berharap anaknya akan menjadi pintar, mendapat
pekerjaan bagus dan mendapat gaji yang bagus sementara sekolah sibuk
membentuk siswanya menjadi pegawai yang baik. Saya tak bilang sekolah
itu buruk, hanya saja tak adakah yang lebih baik?
Kemudian saya melirik ke belakang. Bagaimana cara orang dulu belajar?
Pertama saya melihat ada atau tidak, orang dulu yang menjadi ilmuwan
hebat pada masanya? Ternyata ada, mereka lebih dari sekedar ada mereka
menguasai berbagai bidang ilmu sekaligus, mereka juga menemukan sesuatu
yang belum tentu orang zaman sekarang bisa temukan. Itu artinya sstem
pendidikan zaman dulu tidak jelas-jelas lebih buruk dari yang sekarang.
Jadi bagaimana mereka belajar?
Imam Mazhab belajar dengan berguru kepada orang yang dianggap ahli pada
zamannya, berguru disini adalah seperti dengan mendatangi sang ahli di
rumahnya atau di suatu majlis untuk kemudian memohon agar dia dicekoki
imu dari awal sampai akhirnya.
Satu perbedaan mendasar disini adalah apa yang kusebut arah kemauan. Di
zaman sekarang, si murid tiba-tiba didudukkan orang tuanya di bangku
sekolah untuk menerima sesuatu yang dia belum tahu apa. Sementara di
zaman dulu, orang segala usia yang telah mengetahui segelintir tentang
segala sesuatu, kemudian dia memilih satu bidang dan tertarik untuk
belajar lebih jauh sehingga dengan tekad bulat dia mendatangi si guru
kemudian minta diajarkan.
Perbedaan berikutnya adalah siapa mendatangi siapa. Di zaman sekarang,
di Indonesia terutama, si guru mendatangi si murid sehingga secara
psikologis seisi kelas adalah teritori si murid. Ini menimbulkan rasa
menjadi bos pada murid. Sedangkan dulu (sekarang sudah diterapkan di
luar negeri), si guru lah yang punya teritori (mereka memakai sstem
moving class), sehingga semua murid yang berada dalam teritori si guru
adalah kekuasaan si guru pada jamnya. Ini menimbulkan efek psikologis
pada anak untuk bertanya pada dirinya sendiri, “Mengapa aku masuk kelas
ini padahal kalau mau bisa saja aku tidak masuk? Oh tentu saja karena
aku ingin belajar dan mendapat ilmu.” Sehingga niat belajar menjadi
tertanam dalam hati si anak.
Ketiga adalah apa yang dipelajari. Saya rasa kita harus mendefenisikan
ulang kurikulum, silabus dan apa yang harus dipelajari anak zaman
sekarang ini. Zaman dulu orang hanya belajar apa yang ia minati. Kalau
pun itu tak bisa berlaku di zaman sekarang karena belum dewasanya si
anak untuk memutuskan. Setidaknya kurikulum itu tetap dirasa masih
terlalu banyak untuk mereka.
Home schooling yang sedang dikembangkan sebenarnya agak sedikit lebih
baik menurut saya dari pada sekolah. Saya sendiri sudah merasakan
bagaimana seorang anak harus kehilangan waktunya dari jam 6 pagi hingga
jam 5 sore dan pr pada malam harinya. Saya bahkan tak bisa bergaul
dengan tetangga, saya tak pernah mempelajari bagaimana bergaul dengan
tetangga. Ini adalah sebuah kehilangan besar.
Masa anak itu sejatinya adalah masanya bermain, kalau pun belajar itu
penting, maka janganlah itu sampai merebut hak sejati si anak itu
sendiri, saya bersyukur masih dikaruniai waktu bermain sepanjang masa
anak-anak saya. Saya jadi kasihan melihat anak yang wajib ada di sekolah
karena program full day school dan ditambah les privat pula.
Jangan-jangan dan jangan sampai, sekolah hanya menjadi kambing hitam si
orang tua yang juga sudah kehilangan waktu bersama si anak untuk bekerja
dengan alasan demi anak-anak.
Salam Hangat : By zayacellrokanhulu.blogspot.com
artikel by : http://www.habibasyrafy.com/2013/06/kenapa-harus-sekolah.html