Dalam teori ekonomi, persaingan usaha pada ujungnya akan
memberi manfaat kepada konsumen karena alasan sederhana yaitu produsen
(penjual) dipaksa untuk bekerja se-efisien mungkin. Untuk produk-produk
yang menjual dengan menawarkan benefit intrinsik yang datang langsung
dari produk tersebut tetapi juga value atau persepsi yang ditanamkan
kepada produk tersebut maka persaingannya menjadi relatif bukan kepada
produksi yang efisien tetapi pada area promosi pembentukan opini
(pencitraan) agar persepsi terhadap benefit produk dan value-nya menjadi
sejalan dan jelas diterima pesannya oleh masyarakat. Setelah itu
dilanjutkan dengan upaya mempertahankan image atau Bahasa kerennya branding dari produk tersebut.
Nah; menariknya adalah, upaya branding, dll ini membutuhkan biaya.
Lihatlah bagaimana produk kosmetik misalnya membuat branding dan menjual
image / persepsi ini dengan mengeluarkan biaya-biaya yang sangat signifikan untuk tiga komponen utama:
( Sumber gambar : drg. Astriani Karnaningrum )
Berbeda dengan metode SLM ini maka penjualan produk-produk kosmetik dengan metode MLM relatif tidak mengeluarkan dana signifikan untuk ketiga area biaya tersebut. Penjualan model MLM melakukan spread dari tiga biaya tersebut diatas kepada jaringan penjual nya. Setiap unit penjual di kosmetik MLM maka akan menjadikan penjual-nya sebagai pemakai dan selanjutnya sebagai ‘bintang iklannya’ dan sekaligus mini-warehouse untuk menyimpan barang. Promosi dilakukan dari mulut ke mulut dan menjadi lebih egaliter karena jaringan penjual ini selalu berhubungan dengan produsen-nya. Penjual di MLM akan relatif mendapat margin yang memadai serta terbagi transparan antara penjual di level pemula sampai dengan upline beberapa level diatas-nya. Hukum volume, seperti halnya di SLM maka berlaku pula di MLM, semakin besar volume penjual jaringan maka semakin besar pula komisi / margin yang diperoleh. Secara umum bisa dibuktikanbahwa di jaringan MLM, lebih banyak orang yang berkesempatan mendapatkan pendapatan lebih besar / memadai dibandingkan dengan jaringan kosmetik yang model SLM. Model ini lebih tepat hanya memperkaya sebagian kecil saja yaitu industri TV, artis dan pemilik properti.
Ingin punya bisnis untuk persiapan pensiun dengan tenang bukan? Disinilah anda menemukannya, dan segera daftar atau pengen konsultasi bisa melalui blog kosmetikrokanhulu atau melalui fun page facebooknya Kosmetik Rokanhulu
- membiayai iklan milyaran di televisi,
- menyewa outlet / toko pada mal dengan lokasi prime
- membayar artis-artis top untuk mendukung positioning dari produknya
( Sumber gambar : drg. Astriani Karnaningrum )
Berbeda dengan metode SLM ini maka penjualan produk-produk kosmetik dengan metode MLM relatif tidak mengeluarkan dana signifikan untuk ketiga area biaya tersebut. Penjualan model MLM melakukan spread dari tiga biaya tersebut diatas kepada jaringan penjual nya. Setiap unit penjual di kosmetik MLM maka akan menjadikan penjual-nya sebagai pemakai dan selanjutnya sebagai ‘bintang iklannya’ dan sekaligus mini-warehouse untuk menyimpan barang. Promosi dilakukan dari mulut ke mulut dan menjadi lebih egaliter karena jaringan penjual ini selalu berhubungan dengan produsen-nya. Penjual di MLM akan relatif mendapat margin yang memadai serta terbagi transparan antara penjual di level pemula sampai dengan upline beberapa level diatas-nya. Hukum volume, seperti halnya di SLM maka berlaku pula di MLM, semakin besar volume penjual jaringan maka semakin besar pula komisi / margin yang diperoleh. Secara umum bisa dibuktikanbahwa di jaringan MLM, lebih banyak orang yang berkesempatan mendapatkan pendapatan lebih besar / memadai dibandingkan dengan jaringan kosmetik yang model SLM. Model ini lebih tepat hanya memperkaya sebagian kecil saja yaitu industri TV, artis dan pemilik properti.
Ingin punya bisnis untuk persiapan pensiun dengan tenang bukan? Disinilah anda menemukannya, dan segera daftar atau pengen konsultasi bisa melalui blog kosmetikrokanhulu atau melalui fun page facebooknya Kosmetik Rokanhulu